Wednesday, 25 December 2013

Tulisan 4 Softskill Teori Organisasi Umum

Review "Pitch Perfect"


Directed by Jason Moore Produced by Elizabeth Banks, Paul Brooks, Max Handelman Written by Kay Cannon (screenplay), Mickey Rapkin (book,Pitch PerfectStarring Anna Kendrick, Brittany Snow, Skylar Astin, Rebel Wilson, Anna Camp, Ben Platt, Hana Mae Lee, Ester Dean, Adam DeVine, Christopher Mintz-Plasse, Alexis Knapp, Utkarsh Ambudkar, Jinhee Joung, Elizabeth Banks, John Michael Higgins, Freddie Stroma, John Benjamin HickeyMusic by Christophe Beck, Mark Kilian Cinematography Julio Macat Editing by Lisa Zeno Churgin Studio Brownstone Productions/Gold Circle FilmsRunning time 112minutes Country United States Language English




Beca Mitchell (Anna Kendrick) adalah sesosok gadis yang memiliki impian untuk pindah ke Los Angeles, Amerika Serikat, dan mengejar mimpinya untuk menjadi seorang disc jockey. Sayangnya, ia justru terjebak dan menjadi mahasiswi di Barden University akibat paksaan sang ayah (John Benjamin Hickey). Sementara itu, kelompok akapela wanita asal universitas tersebut – yang menamakan diri mereka sebagai The Barden Bellas – sedang membutuhkan bakat-bakat penyanyi baru untuk memulihkan nama mereka yang terlanjur tercoreng akibat kekalahan yang memalukan pada ajang International Championship of Collegiate A Cappella. Oh, selain merupakan seorang musisi yang bebakat, Beca juga memiliki talenta menyanyi yang cukup lumayan. Dan, seperti yang dapat ditebak oleh semua orang, Beca akhirnya bergabung dengan The Barden Bellas.

Mengingat bahwa keterlibatannya pada The Barden Bellas diawali karena merasa terpaksa, jelas Beca kemudian menganggap seluruh kegiatan kelompok akapela tersebut sebagai sebuah beban – apalagi ditambah dengan perlakuan keras dan sinis yang datang dari pemimpin kelompok tersebut, Aubrey Posen (Anna Camp). Namun, secara perlahan, Beca mulai menikmati seluruh aktivitas tersebut, khususnya karena hal tersebut telah mendekatkannya dengan Jesse (Skylar Astin), pemuda tampan yang sebenarnya merupakan anggota dari kelompok akapela pria Barden University yang menjadi saingan The Barden Bellas, The Treble Makers. Kedekatan Beca dan Jesse sendiri mulai mendapat banyak tentangan dari Aubrey yang secara tidak langsung memberikan ketegangan pada anggota The Barden Bellas lainnya.

Silahkan. Anda dapat menggambarkan Pitch Perfect sebagai kombinasi plot penceritaan dari serial televisi GleeBring It On (2000), Mean Girls (2004) hingga Bridesmaids (2011). Pun begitu, tidak akan ada yang dapat menyangkal bahwa penulis naskah Kay Cannon – yang mungkin lebih dikenal sebagai salah seorang punggawa barisan penulis naskah serial televisi 30 Rock, mampu mengelola berbagai plot familiar tersebut menjadi sebuah jalan penceritaan yang sangat menyenangkan. Jalan cerita Pitch Perfect dipenuhi dengan dialog-dialog bernuansa humor cerdas yang terjalin antar setiap karakter namun tetap mampu menghadirkan esensi kisah romansa dan persahabatan di sela-sela berbagai candaan tersebut.

Bagian terlemah dalam film ini mungkin berada pada dangkalnya karakterisasi yang dihadirkan Cannon untuk setiap tokoh yang hadir dalam jalan cerita film ini. Cannol serasa hanya menempatkan masing-masing karakter pada perputaran kisahnya masing-masing tanpa pernah mau memberikan mereka sebuah latar belakang maupun kepribadian yang mampu membuat penonton setidaknya merasa terikat pada mereka. Masing-masing penggambaran karakter juga terlihat begitu khas film-film drama komedi Hollywood: gadis pemberontak yang mengejar impiannya, pria tampan yang penuh dengan daya tarik, pria dengan kualitas standar namun menganggap dirinya penuh daya tarik, gadis yang ingin setiap kondisi berada dibawah aturannya, gadis yang pemalu hingga gadis yang tidak pernah malu untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. Standar dan tanpa keistimewaan apapun.

Diluar lemahnya karakterisasi dan jalan cerita yang terasa begitu ‘khas drama komedi Hollywood,’ Pitch Perfect jelas mendapatkan keunggulannya dari penampilan musikal yang disajikan di sepanjang durasi film. Interpretasi ulang atas banyak lagu-lagu popular dari masa lalu seperti The Sign dari Ace of Base, Eternal Flame dari The Bangles, No Diggitydari Blackstreet, Don’t You (Forget About Me) dari Simple Minds hingga lagu-lagu popular teranyar seperti Since U Been Gone dari Kelly Clarkson, S&M dari Rihanna, Party in the USA dari Miley Cyrus dan Price Tag dari Jessie J ditampilkan dengan sangat catchy dan dipastikan dapat membuat setiap penonton turut larut menyanyikan deretan lagu tersebut sekaligus melupakan berbagai kelemahan yang sebenarnya jelas tertera di kualitas penulisan naskah film ini.
Yang tak kalah menarik adalah penampilan yang disajikan oleh deretan pengisi departemen akting film ini. Dipimpin oleh Anna Kendreick, Pitch Perfect menampilkan jajaran pemeran yang mampu tampil dengan daya tarik yang kuat sertachemistry yang erat antara setiap karakter. Jika Kendrick dan Skyler Astin menjadi pasangan yang sepertinya wajar menjadi idola penonton, maka Rebel Wilson yang memerankan karakter Fat Amy yang bermulut dan berlaku lantang jelas menjadi pencuri perhatian utama dalam film ini – sebuah trik yang sebelumnya pernah dilakukan Melissa McCarthy dalam Bridesmaids. Sayang, Brittany Snow – yang penampilan musikalnya sebenarnya telah terasah dan teruji dalamHairspray (2007), kurang mendapatkan porsi penceritaan yang cukup dalam film ini.

Nama: Ghassani Hashifah M
NPM : 13112130
Kelas : 2KA37




No comments:

Post a Comment

Pages - Menu